Jumat, 01 Oktober 2010

Wakatobi National Park, Southeast Sulawesi, Indonesia

wakatobi_island03Wakatobi as one of the world's marine tourism objects and one of the Regencies in Southeast Sulawesi Provience. By operating the New Matahora Airport, launced in December 2008, the island will give you more comfortable trip and spend the holiday at Wakatobi, the only real underwater paradise.

Wakatobi is also situated geographically at the world's coral reef triangle center with its 942 fish species and 750 coral reef species from total 850 of world's collection comparing to the two world's famous diving center like Caribbean Sea that owes only 50 species and other 300 coral reef species in the Red Sea, Egypt.

Beside the underwater beauty, Wakatobi has also other beauty and richness such as white sandy beach, clear sea water, sunset in every islands edge, historical ruins like ancient fortresses and cannon that spread out in the four main islands, old village with its pillar house, traditional waving, blacksmiths, Bajo tribe and various particular dances. This nature and culture heritages put Wakatobi as the world's famous marine tourism objects.

wakatobi_island02  wakatobi_island04
Wakatobi is well known as the Tukang Besi Island in the map and it is the abbreviation of four main islands name which are : WA (Wangi-wangi), KA (Kaledupa), TO (Tomia) and BI (Binongko), covers an area of 1.400.000 hectares and the coral reef places 90.000 hectares from the total area. The island is also famous as the second largest Barrier after the Great Barrier Reef in Australia consists of 39 islands and 7 of them are inhabited with the total population of 100.563, while the rest remain uninhabited.

Wakatobi consists of multi-ethnic society and Suku Bajo or Bajo Tribe who lives in the seashore, having a particular building architecture connected by the bridge and boats as their main transportation and basic livelihood as the fishermen.
The culinary art of the region serves you a delicious natural tasted food, traditionally made from generation by generation.
wakatobi_island05 wakatobi_island07 wakatobi_island06
Beside as the regency, Wakatobi is also known as the National Park, often called as Wakatobi National Park (TNKW) and it gives the unique characteristic of the regency in Indonesia even in the world having the same width with the National Park area. The unique of the island makes Wakatobi more strong and realistic in the effort of maintaining its underwater beauty and preservation as well as other heritages to place Wakatobi as the underwater marine tourism object and the prominent cultural tourism object that is incomparable with other marine tourism places to be visited by anyone.
based these potential, makes this area very comportable for dive tourism activities such as surfing and snorkeling, fishing, swimming, camping, etc.

Best time to Visit
April to June and October to December. Outside the range of that time, waves in Wakatobi is high enough.



Source: http://www.sulawesi-experience.com/news/wakatobi-southeast-sulawesi-island.html

Kamis, 30 September 2010

Kuliner Pantai Laskar Pelangi, Si Penggoda Lidah!

Awalnya saya dan rekan petualang duduk dengan manis di meja makan menunggu menu datang. Tapi ternyata kami langsung diberi tanda oleh pemandu wisata untuk segera menuju ke dapur dan memilih sendiri santapan yang akan dimasak. Jangan kaget karena berbagai macam hewan laut yang masih mentah akan dikeluarkan untuk anda pilih. Atas rekomendasi beberapa orang, kami pun memilih ilak bakar bumbu, ilak bakar kecap, gangan, cumi-cumi saos tiram, dan genjer terasi.

Ikan ilak yang dimasak dibelah menjadi dua dan diberi bumbu kecap. Warnanya yang matang kecoklatan sangat menggoda lidah. Sedangkan ilak bakar bumbu warnanya kuning keemasan. Ikan bakar yang dilumuri bumbu kunyit di seluruh tubuhnya ini siap disantap dengan sambal terasi atau sambal kecap. Jangan lupa mengambil genjer terasi sebagai teman sayur, rasanya sungguh aduhai memanjakan lidah.

Kalau soal gangan, masakan yang satu ini juga dimasak dengan menggunakan kunyit. Bedanya, gangan yang kami santap adalah sop kepala ikan ketarap. Selain kunyit, bahan campuran untuk kuahnya adalah buah nanas, lengkuas, asam jawa, bawang, dan cabe rawit. Sudah bisa dibayangkan rasanya? Sensasi manis, asam, pedas, dan segar jadi satu di mulut! Menurut cerita penduduk, gangan ternyata sudah seperti makanan sehari-hari mereka.

Untuk para pengunjung yang tidak suka ikan, masih ada sea food khas Belitung seperti cumi-cumi, udang dan kepiting. Menurut pemandu wisata kami, kepiting sungai jauh lebih enak daripada kepiting laut. Dagingnya lebih banyak dan rasanya lebih maknyus!

Sedikit tips, jangan tunggu sampai perut lapar jika ingin memesan makanan khas pinggir pantai. Butuh waktu sekitar empat puluh menit untuk memasak semua pesanan. Sambil menunggu, mungkin anda bisa memesan es kelapa murni atau bersantai menikmati senja bersahaja di pantai yang terkenal sebagai lokasi syuting film Laskar Pelangi itu. Selamat berlibur!

Harga untuk porsi 4-5 orang:
  • Gangan: Rp. 55.000,-
  • Cumi Saos Tiram: Rp 40.000,-
  • Ilak Bakar Kecap: Rp. 36.000,-
  • Ilak Bakar Bumbu: Rp. 36.000.-
  • Genjer Terasi: Rp. 10.000,-
  • Nasi (1 bakul): Rp. 12.000,-
  • Es kelapa: @ Rp. 7.000,-
Sumber: http://aci.detik.com/read/2010/09/29/205529/1451710/1001/kuliner-pantai-laskar-pelangi-si-penggoda-lidah

    Galeri Foto Rumah Adat Bolon

     

       
     

    Galeri Foto Danau Kembar

     

       

       

     

    Galeri "Taj Mahal"nya Riau!

     

       Suasana Mesjdi An-Nur di Malam Hari

     
       
     
      Mesjid An-Nur dari depan, sepintas mirip Taj Mahal.

    Sumber: http://aci.detik.com/read/2010/09/29/022547/1450813/1001/taj-mahal-di-riau

    Rumah Adat Bolon!

    Rumah Bolon, tempat tinggal Raja

    Pematang Siantar, Rabu (29/09. Sekitar 2 Jam dari Pematang Siantar terdapat rumah peninggalan raja Purba atau yang lebih dikenal rumah adat Bolon.Ditempat ini selain rumah raja terdapat pula kuburan raja terakhir yaitu Raja Mogang Purba [Juli 1904 - 15 Agustus 1947]. Rumah yang berumur lebih dari 100 thn ini pernah mengalami renovasi beberapa kali.Berikut ulasan mengenai fungsi dari rumah yang terdapat di kawasan rumah adat Bolon. Pattangan Raja
    Bangunan ini berhadapan dengan tempat tinggal raja yang berfungsi sebagai tempat duduk, ditempat ini biasanya raja melakukan aktifitas seperti bermain musik, alatnya sendiri di simpan diatas tempat duduk raja, sambil memperhatikan para gadis yang sedang menumbuk padi di bagian sebelah kanan Pattangan Raja.

    Rumah Bolon
    Balei Bolon dipakai sebagai tempat tinggal raja bersama ke 12 istrinya, tamu dilarang untuk menginap ditempat ini. Sedangkan untuk tamu sendiri terdapat bangunan khusus yang di sebut Jambur.Luas bangunan ini 8 x 30m

    Balei Bolon
    Bangunan ini disebut juga sebagai tempat pengadilan dan penjara sementara. Terkadang tempat ini dijadikan sebagai tempat musyawarah. Peraturan dan hukuman yang akan diterima oleh terdakwa sudah tercantum dalam peraturan yang terdapat di tiang bangunan Balei Bolon. Diatap rumah ini terdapat kepala kerbau yang berfungsi sebagai pengusir roh jahat dan simbol kemakmuran, sedangkan bangunan kecil seperti kandang merpati, itu berfungsi sebagai tempat penangkal ilmu hitam.

    Pattangan Puang Bolon
    Bangunan ini berfungsi sebagai tempat duduk permaisuri raja yang tidak boleh diduduki oleh orang lain. Bangunan ini terletak diantara rumah Bolon dan Balei Bolon.

    Balei Butu & Jabu Jungga
    Sebelum memasuki kawasan tempat tinggal raja, terdapat bangunan tempat tinggal pengawal raja atau yang disebut Balei Butu, tidak jauh dari tempat ini terdapat Jabu Jungga atau tempat tinggal Panglima raja bersama keluarganya.

    Losung
    Bangunan ini tempat menumbuk padi yang dilakukan oleh para gadis sebelum akhirnya mereka dipersunting raja.
    Alat transportasi traditional disebut juga Gajah - gajah, kendaraan ini biasanya ditarik oleh manusia atau kuda.
    Nama - nama raja kerajaan Purba

    1. Tuan Pangultop Ultop [1624 - 1648]
    2. Tuan Ranjinman [1648 - 1669]
    3. Tuan Nanggaraja [1670 - 1692]
    4. Tuan Batiran [1692 - 1717]
    5. Tuan Bakkaraja [1718 - 1738]
    6. Tuan Baringin [171738 - 1769]
    7. Tuan Bona Batu [1769 - 1780]
    8. Tuan Raja Ulan [1781 - 1796]
    9. Tuan Atian [1800 - 1825]
    10. Tuan Horma Bulan [1826 - 1856]
    11. Tuan Raondop [1856 - 1886]
    12. Tuan Rahalim [1886 - 1921]
    13. Tuan Karel Tanjung [1921 - 1931]
    14. Tuan Mogang [1933 - 1947]

    Kerajaan Purba mulai berdiri pada abad ke XV, hanya raja Mogang yang mempunyai istri 1 karena beliau sangat berpendidikan dan modern pada jamannya, selain itu beliau sudah memeluk agama Kristen dan kebiasaan para pendahulunya tidak dia ikuti.[ida]

    Sumber: http://aci.detik.com/read/2010/09/30/193118/1452635/1001/rumah-adat-bolon

    Pesona Danau Kembar

    Danau di Bawah yang dilihat dari atas

    Solok merupakan kabupaten yang kaya akan danau-danau indah. Tak kurang dari empat danau terdapat di sana, yaitu: Danau di Atas, Danau di Bawah, Danau Singkarak dan Danau Talang. Saya sungguh beruntung bisa mengunjungi beberapa di antaranya dan menikmati keasrian alamnya.

    Tujuan pertama saya dan Kinanti pagi itu adalah Danau di Atas dan Danau di Bawah yang sering disebut juga sebagai Danau Kembar. Danau Kembar memang terdiri dari dua danau yang terpisah jarak sekitar 1 km. Meskipun dibilang kembar, keduanya sungguh berbeda baik dari luas, bentuk maupun ketinggiannya. Kita bisa melihat keduanya bersamaan bila sedang berada sangat tinggi, mungkin ketika sedang berada di atas helikopter.

    Kami berangkat dari Kota Padang pada jam 10 pagi ketika cuaca masih cerah. Di Lubuk Aluih, kami mengambil jalan ke kanan untuk menuju arah Solok, kabupaten di mana kedua danau tersebut berada. Hutan pinus, perkebunan teh dan lembah berada di kiri kanan yang kami lewati dari kala itu. Hijau di mana-mana.

    Setelah sekitar 3 jam perjalanan, sampailah kami ke danau pertama, yaitu Danau di Atas. Untuk mengunjunginya,  kami harus membayar tiga ribu rupiah per orang kepada seorang pemuda. Ketika kami meminta tiket masuk, pemuda tersebut hanya berkata, "Danau ini sekarang diurus sama pemuda sini". Ini berarti kami tidak mendapat tiket.

    Danau di Atas adalah danau yang lebih besar dibanding satunya. Terdapat sebuah dramaga kayu kecil di sana. Sejumlah anak kecil tampak sedang bermain dan membantu bapak-bapak yang mencuci dan menjemur pakaian di sana. Tidak ada pengunjung lain selain grup kami kala itu. Sayang sekali, padahal tempat ini menyajikan pemandangan danau yang alami dengan air yang bening. Pohon-pohon pinus yang tumbuh di tepian membuatnya seakan dijaga pagar alami.

    Cuaca mendung membuat kami tak bisa berlama-lama di sana. Kami beranjak menuju tujuan kedua, yaitu Danau di Bawah yang berjarak kira-kira 1 km di tempat yang terletak lebih tinggi. Uni Miya, pendamping kami, bercerita bahwa danau tersebut dinamakan Danau di Bawah karena, ketika melihatnya, danau tersebut terletak di bawah kita.
    Maksudnya, kita harus berjalan ke tempat yang lebih tinggi untuk melihat danau tersebut.
    Setibanya di depan pintu masuk, seorang pemuda langsung mematok bea sebesar Rp.20.000,- untuk mobil kami yang berisi empat orang. Sempat ada tawar menawar, namun dia bersikukuh dengan permintaannya.

    Perjalanan panjang dan mendaki kami itu terbayar dengan pemandangan Danau di Bawah yang memang indah. Kontur Alahan Panjang yang berbukit-bukit, membuatnya seperti mangkok hijau raksasa. Terdapat sejumlah kebun sayur dan pesawahan di sekelilingnya. Tanah dan iklimnya yang sejuk membuatnya jadi tempat yang sesuai untuk berbagai bunga dan buah-buahan.

    Ya, Danau Di Atas dan Danau di Bawah memang menyajikan pemandangan alam yang masih cantik dan apa adanya. Namun jangan berharap bisa menemui fasilitas wisata yang mewah di sini. Ketiadaan tiket masuk, bangunan cottage dan restoran yang tampak seperti rumah hantu, dan sampah yang tersebar di beberapa sudut cukup menjelaskan seperti apa pengelolaan wisata danau ini.

    Tertarik dengan wisata danau dan perbukitan? Saya yakin anda pun akan menyukai keindahan Danau Kembar ini. Cantiknya alam meninggalkan kesan yang menyenangkan. Seperti perasaan yang kami dapatkan dari sana.

    Sumber: http://aci.detik.com/read/2010/09/30/014102/1451796/1001/pesona-danau-kembar